Aku
memiliki sebuah grup pertemanan atau dewasa ini sering disebut dengan istilah
geng. Namun bukan geng dalam artian negatif. Kami dipertemukan dalam satu wadah
komunitas pelayanan Vocal Group di Gereja. Semakin lama, kami menemukan
kesaaman sikap di dalam diri kami masing-masing. Ya, kami memang terkenal
dengan keanehan dan keunikannya masing-masing. Awalnya kami hanya sekedar
kumpul bersama, makan bersama, kemudian berlanjut dengan membuat sebuah grup
chatting whatsapp, dan kemudian berlanjut hingga tahap curhat-curhatan dan
akhirnya itu semua menjadi kebiasaan kami. kami terdiri dari 6 orang,
diantaranya, aku sendiri Rina Tumiar, Destri, Esrha, Sintya, Elena dan Astri.
Karena sifat kami yang terbilang unik dan
banyak mengundang perhatian, terceletuklah sebuah nama ‘Valak’. Pada saat itu
sedang nge-tren film Insidious part 2, yang menampilkan setan seorang suster
yang di sebut ‘Valak’. Nama ‘Valak’ disematkan oleh salah satu diantara kami.
aku lupa tepatnya siapa. Kalau tidak salah si Astri yang menceletukkan nama
itu. Katanya sifat kami sama seramnya dan menakutkannya seperti ‘Valak’.
Bagaimana tidak, dimana ada kami, pastilah keanehan-keanehan terjadi. Seperti
pada saat di gereja, ketika akan pergi ke kamar mandi, kami ber-6 akan
menginvansi kamar mandi untuk diri kami. Di dalam kamar mandi kami akan sangat
berisik. Baik itu membicarakan orang, atau menceritakan kegiatan selama tidak
bertemu.
Semakin
lama, nama ‘Valak’ pun tersebar luas khususnya dikalangan remaja gereja kami.
kami terkenal dengan geng yang aneh, suka cari ribut, songong, berisik, dll.
Akhirnya pada satu waktu, kami mendapat beberapa kritik untuk tidak membuat
kubu sendiri-sendiri. Kami dikritik untu berlaku sewajarnya saja jika di depan
umum. Kami sebenarnya menerima masukan itu dengan baik. Meski awalnya kami
sempat kesal karena dianggap pengrusuh atau pembuat onar dan kubu-kubuan.
Namun, sebenarnya kami hanya merasa jika kami ber-6 adalah klop. Dalam artian
kami dapat berekspresi dengan senatural mungkin dan tidak harus jaim atau tidak
harus berpikir dua kali untuk menampilkan diri kami yang sesungguhnya jika
sudah ber-6. Kami hanya memiliki zona nyaman dalam pertemanan, bukan maksud
untuk membentuk sebuah kubu atau geng. Tidak. Kami sebisa mungkin juga berbaur
dengan yang lain. Tapi ya pastilah berbeda dengan berbaur ketika kami ber-6.
Semakin
lama pertemanan kami semakin terjalin dengan baik. Meskipun tidak jarang juga
kami selisih pendapat atau kesal satu dengan yang lain. Namun hal itu membuat
kami semakin kenal satu dengan yang lainnya. Kami mulai rutin untuk sekedar
kumpul bersama seperti makan di tempat-tempat yang sedang tren atau hits, namun
seringkali juga hanya makan di emperan atau pedagang kaki lima, seperti
nasigoreng, bakso, mie ayam, dll. nonton film terbaru. Waktu itu kami sempat
menonton film Dear Nathan. Kami juga beberapa kali jalan-jalan ke mall-mall,
Kota Tua, Monas, Ancol, Pasar Malam, dll.
Bersyukur
mengenal mereka yang mau diajak susah bersama. Perjuangan yang lebih kentara
adalah ketika kami berjuang di SMBPTN. Kami saling support satu sama lain. Mulai
dari daftar bersama, bayar bersama melalui bank, sampai pada log in pemilihan
universitas dan jurusan menjadi momen mendebarkan. Ditambah teman kami Destri
masuk Rumah Sakit pada saat kami akan log in. tadinya kami sama-sama berniat
melakukan log in SBMPTN di Rumah Sakit. Namun, karena belum ada kesiapan dan
belum yakin, kami menundanya sampai Destri sembuh. Akhinya sekitar 2 hari
setelah kepulangan Destri dari Rumah Sakit, kami memutuskan untuk segara log in
SBMPTN bersama di rumah Destri. Sungguh perasaan yang luarbiasa menegangkan
ketika kami membuka laman log in SBMPTN. kami sama-sama berdoa, kemudian mulai
mengisi laman tersebut. Kami memikirkan banyak hal sebelum benar-benar
memutuskan universitas dan jurusan. Semua proses itu bahkan dilakukan dengan
sangat lama. Kami datang ke rumah Destri sekitar pukul 10.00 dan baru
benar-benar selesai pukul 17.00. bayangkan apa saja yang kami lakukan selama
itu, hanya untuk mengisi laman SBMPTN. namun, aku selalu bersyukur karena
perjalanan perjuangan ini aku lakukan tidak sendirian. Tapi bersma
teman-temanku.
Pengumuman
SBMPTN pun tiba dan kami harus menelan kekecewaan karena tidak satupun dari
kami ber-5 yang diterima di PTN. Satu teman kami, yaitu Esrha diterima melalui
jalur SNMPTN di UNPAD dengan jurusan Keperawatan. SBMPTN gagal, aku memutuskan
untuk ikut Ujian Mandiri. Dengan bermodalkan uang pas-pasan, dan meminjam uang
Astri, aku nekat untuk mengikuti Ujian Mandiri. Ujian Mandiri yang saya ikuti
adalah UNSOED dan UNS. Naasnya semuanya gagal total. Akhirnya keputusan akhir,
aku menerima untuk kuliah di POLIMEDIA. Astri juga ikut Ujian Mandiri UNS namun
gagal juga, dan akhirnya memilih kuliah di AKPER Ps.Rebo. Destri memutuskan
kuliah di IISIP, Sintya juga ikut beberapa Ujian Mndiri, namun gagal juga, dank
arena beberapa alas an, akhirnya Sintya memilih nganggur satu tahun dulu. Sama halnya
dengan Elena, yang memutuskan untuk kuliah tahun depan.
Aku
menyadari bahwa semua perjalanan yang ku lalui bersama teman-temanku adalah
pengalan hidup yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Mereka tercacat dalam
sejarah perjalanan hidup terpenting untukku. Namun aku menyadari, bahwa semua
akan berubah dan tidak mungkin akan sama. Seiring benrjalannya waktu, kami
punya tujuan hidup yang harus kami perjuangkan dan pastilah berbeda dengan masa
SMA. Namun, pertemanan kami hingga hari ini masih terjalin dengan sangat baik. Beberapa
kali kami masih menyempatkan untuk sekedar nongkrong-nongkrong atau video callan
dengan Esrha.
Harapanku
padamu teman. Berjuanglah sekuat tenagamu tuk gapai cita-citamu. Tapi jangan
lupakan kami, jangan lupakan aku. Ingatlah kawan bahwa kita pernah tertawa,
menangis, bercanda, bertengkar, lelah, putus asa bersama. Semua itu terlalu indah
untuk dilupakan. Aku menunggu kabar suksesnya kalian dan jangan lupa undangan
wisuda dan nikahnya ya kawanku.
BIG LOVE AND KISS.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar