Minggu, 12 November 2017

TWISTER


Aku memiliki sebuah grup pertemanan atau dewasa ini sering disebut dengan istilah geng. Namun bukan geng dalam artian negatif. Kami dipertemukan dalam satu wadah komunitas pelayanan Vocal Group di Gereja. Semakin lama, kami menemukan kesaaman sikap di dalam diri kami masing-masing. Ya, kami memang terkenal dengan keanehan dan keunikannya masing-masing. Awalnya kami hanya sekedar kumpul bersama, makan bersama, kemudian berlanjut dengan membuat sebuah grup chatting whatsapp, dan kemudian berlanjut hingga tahap curhat-curhatan dan akhirnya itu semua menjadi kebiasaan kami. kami terdiri dari 6 orang, diantaranya, aku sendiri Rina Tumiar, Destri, Esrha, Sintya, Elena dan Astri.
 Karena sifat kami yang terbilang unik dan banyak mengundang perhatian, terceletuklah sebuah nama ‘Valak’. Pada saat itu sedang nge-tren film Insidious part 2, yang menampilkan setan seorang suster yang di sebut ‘Valak’. Nama ‘Valak’ disematkan oleh salah satu diantara kami. aku lupa tepatnya siapa. Kalau tidak salah si Astri yang menceletukkan nama itu. Katanya sifat kami sama seramnya dan menakutkannya seperti ‘Valak’. Bagaimana tidak, dimana ada kami, pastilah keanehan-keanehan terjadi. Seperti pada saat di gereja, ketika akan pergi ke kamar mandi, kami ber-6 akan menginvansi kamar mandi untuk diri kami. Di dalam kamar mandi kami akan sangat berisik. Baik itu membicarakan orang, atau menceritakan kegiatan selama tidak bertemu.
Semakin lama, nama ‘Valak’ pun tersebar luas khususnya dikalangan remaja gereja kami. kami terkenal dengan geng yang aneh, suka cari ribut, songong, berisik, dll. Akhirnya pada satu waktu, kami mendapat beberapa kritik untuk tidak membuat kubu sendiri-sendiri. Kami dikritik untu berlaku sewajarnya saja jika di depan umum. Kami sebenarnya menerima masukan itu dengan baik. Meski awalnya kami sempat kesal karena dianggap pengrusuh atau pembuat onar dan kubu-kubuan. Namun, sebenarnya kami hanya merasa jika kami ber-6 adalah klop. Dalam artian kami dapat berekspresi dengan senatural mungkin dan tidak harus jaim atau tidak harus berpikir dua kali untuk menampilkan diri kami yang sesungguhnya jika sudah ber-6. Kami hanya memiliki zona nyaman dalam pertemanan, bukan maksud untuk membentuk sebuah kubu atau geng. Tidak. Kami sebisa mungkin juga berbaur dengan yang lain. Tapi ya pastilah berbeda dengan berbaur ketika kami ber-6.
Semakin lama pertemanan kami semakin terjalin dengan baik. Meskipun tidak jarang juga kami selisih pendapat atau kesal satu dengan yang lain. Namun hal itu membuat kami semakin kenal satu dengan yang lainnya. Kami mulai rutin untuk sekedar kumpul bersama seperti makan di tempat-tempat yang sedang tren atau hits, namun seringkali juga hanya makan di emperan atau pedagang kaki lima, seperti nasigoreng, bakso, mie ayam, dll. nonton film terbaru. Waktu itu kami sempat menonton film Dear Nathan. Kami juga beberapa kali jalan-jalan ke mall-mall, Kota Tua, Monas, Ancol, Pasar Malam, dll.
Bersyukur mengenal mereka yang mau diajak susah bersama. Perjuangan yang lebih kentara adalah ketika kami berjuang di SMBPTN. Kami saling support satu sama lain. Mulai dari daftar bersama, bayar bersama melalui bank, sampai pada log in pemilihan universitas dan jurusan menjadi momen mendebarkan. Ditambah teman kami Destri masuk Rumah Sakit pada saat kami akan log in. tadinya kami sama-sama berniat melakukan log in SBMPTN di Rumah Sakit. Namun, karena belum ada kesiapan dan belum yakin, kami menundanya sampai Destri sembuh. Akhinya sekitar 2 hari setelah kepulangan Destri dari Rumah Sakit, kami memutuskan untuk segara log in SBMPTN bersama di rumah Destri. Sungguh perasaan yang luarbiasa menegangkan ketika kami membuka laman log in SBMPTN. kami sama-sama berdoa, kemudian mulai mengisi laman tersebut. Kami memikirkan banyak hal sebelum benar-benar memutuskan universitas dan jurusan. Semua proses itu bahkan dilakukan dengan sangat lama. Kami datang ke rumah Destri sekitar pukul 10.00 dan baru benar-benar selesai pukul 17.00. bayangkan apa saja yang kami lakukan selama itu, hanya untuk mengisi laman SBMPTN. namun, aku selalu bersyukur karena perjalanan perjuangan ini aku lakukan tidak sendirian. Tapi bersma teman-temanku.
Pengumuman SBMPTN pun tiba dan kami harus menelan kekecewaan karena tidak satupun dari kami ber-5 yang diterima di PTN. Satu teman kami, yaitu Esrha diterima melalui jalur SNMPTN di UNPAD dengan jurusan Keperawatan. SBMPTN gagal, aku memutuskan untuk ikut Ujian Mandiri. Dengan bermodalkan uang pas-pasan, dan meminjam uang Astri, aku nekat untuk mengikuti Ujian Mandiri. Ujian Mandiri yang saya ikuti adalah UNSOED dan UNS. Naasnya semuanya gagal total. Akhirnya keputusan akhir, aku menerima untuk kuliah di POLIMEDIA. Astri juga ikut Ujian Mandiri UNS namun gagal juga, dan akhirnya memilih kuliah di AKPER Ps.Rebo. Destri memutuskan kuliah di IISIP, Sintya juga ikut beberapa Ujian Mndiri, namun gagal juga, dank arena beberapa alas an, akhirnya Sintya memilih nganggur satu tahun dulu. Sama halnya dengan Elena, yang memutuskan untuk kuliah tahun depan.
Aku menyadari bahwa semua perjalanan yang ku lalui bersama teman-temanku adalah pengalan hidup yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Mereka tercacat dalam sejarah perjalanan hidup terpenting untukku. Namun aku menyadari, bahwa semua akan berubah dan tidak mungkin akan sama. Seiring benrjalannya waktu, kami punya tujuan hidup yang harus kami perjuangkan dan pastilah berbeda dengan masa SMA. Namun, pertemanan kami hingga hari ini masih terjalin dengan sangat baik. Beberapa kali kami masih menyempatkan untuk sekedar nongkrong-nongkrong atau video callan dengan Esrha.
Harapanku padamu teman. Berjuanglah sekuat tenagamu tuk gapai cita-citamu. Tapi jangan lupakan kami, jangan lupakan aku. Ingatlah kawan bahwa kita pernah tertawa, menangis, bercanda, bertengkar, lelah, putus asa bersama. Semua itu terlalu indah untuk dilupakan. Aku menunggu kabar suksesnya kalian dan jangan lupa undangan wisuda dan nikahnya ya kawanku.

 BIG LOVE AND KISS.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar