Kamis, 12 Oktober 2017

Karya Sastra Indonesia Harus Tetap Bergengsi


Nama            : Rina Tumiar
NIM              : 17310017
Mata Kuliah : B.Indonesia
kode_MK     : MPK3103



 (sumber foto : abstract.desktopnexus.com )

Karya sastra adalah penyampaian emosi jiwa yang tak terungkapkan secara lisan, namun dapat dijelaskan dalam bahasa tulisan dengan lebih menyentuh, indah dan mendalam bahkan menguras emosi. Indonesia sejak dulu sudah terkenal dengan keanekaragaman budaya sastra nya. Sastra Indonesia selalu beragam dari masa ke masa. Mulai dari syair, hikayat, gurindam,pantun hingga puisi modern, cerpen, novel, biografi dll. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan Bahasa Indonesia yang menyempurnakan isi karya sastra sehingga menjadi tulisan yang indah.
Bahasa dan sastra adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ibaratkan lukisan, sastra adalah kanvas dengan gambar  sedangkan Bahasa adalah kuas yang akan menghiasi kanvas dengan warna-warna indah. Pada abad ke-7 jaman kerajaan Hindu-Buddha karya sastra di Indonesia diisi oleh bahasa Melayu. Hingga ke era modern ini sastra Indonesia telah banyak mengalami perubahan ketatabahasaan. Jika jaman dulu dalam karya sastra contohnya syair, banyak sekali kata-kata atau kalimat bermakna kiasan hingga diperlukan pemahaman mendalam tentang syair tersebut. Di jaman modern ini, karya sastra semakin mudah dimengerti karena penggunaan bahasa Indonesia yang mudah dimengerti juga.
Pada kesempatan ini saya ingin membahas tentang penggalian karya sastra agar dinikmati masyarakat Indonesia dan dunia. kenyataan yang ditemukan pada saat ini, adalah semakin ditinggalkannya karya sastra Indonesia terutama dikalangan anak muda, dan mulai tergantikan dengan karya sastra asing.  hal ini menimbulkan perhatian khusus sehingga point ini dimasukkan dalam Kongres Bahasa Indonesia ke X. banyak faktor yang menyebabkan karya sastra Indonesia tidak lagi menjadi kesenangan masyarakat Indonesia diantaranya, pengaruh budaya asing yang masuk ke Indonesia tanpa adanya filterisasi, dianggap membosankan, terlalu melankolis, bahasanya sulit dimengerti, hanya dianggap pengisi waktu senggang, dll. Karya Sastra Indonesia sejatinya harus tetap ada dan berkembang terutama di era milenial ini. Semakin banyak kebudayaan asing yang masuk, semakin karya sastra Indonesia untuk tetap bergengsi. Hal-hal yang dilakukan untuk penggalian karya sastra diantaranya :
1. Mengangkat cerita dari novel ke dalam bentuk film
2. Membuat cerita rakyat dalam bentuk buku
3. Membuat novel dengan berbagai genre
4. Membuat puisi dari pengalaman hidup pribadi/ orang lain/ keadaan suatu wilayah
5. Musikalisasi puisi
Untuk menggali sebuah karya sastra diperlukan berbagai aspek diantaranya, nilai keindahan suatu karya sastra, makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra dan melakukan riset atau penelitian jenis karya sastra apa yang sedang diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini penting dalam penggalian karya sastra, supaya masyarakat Indonesia semakin gemar akan karya sastra, dan melalui karya sastra Indonesia, masyarakat Indonesia semakin gemar berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dan bukan hanya itu saja masyarakat Indonesia mampu memproduksi karya sastra sendiri sebagai bagian dari penggalian karya sastra.
Sastra dan Film menjadi 2 unsur yang saling berhubungan satu sama lain. Novel yang berhasil diangkat menjadi film dinamakan adaptasi. Pada dasarnya Sastra Novel dan Film adalah sama. Perbedaan keduanya hanyalah terletak pada media. Jika Sastra media nya adalah kata-kata indah dalam sebuah kertas, jika film yang menjadi media adalah layar lebar itu sendiri, tokoh dan latar tempat. Banyak karya sastra novel Indonesia yang Best Seller yang kemudian diangkat menjadi film. Contohnya novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang mengisahkan 10 anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sekolah Muhammadiyah dan menggambarkan kehidupan rakyat Belitung. Novel ini laku keras di pasaran hingga akhirnya dijadikan layar lebar pada tahun 2008 dan biaya produksinya mencapai 8 milyar. Laskar Pelangi juga ditampilkan dalam versi drama musikal tahun 2011 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Indonesia. Novel Laskar Pelangi juga sudah diterbitkan di 24 negara termasuk Negara ASEAN, Amerika, Eropa, dll. Ada juga novel 99 Cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais yang sukses di film kan dengan biaya produksi mencapai 15 milyar. Novel negeri 5 menara karya Ahmad Fuadi, Perahu Kertas karya Dewi Lestari, Tenggelam nya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka, dan masih banyak novel-novel Best Seller lainnya yang kemudian diangkat menjadi film layar lebar. Ini adalah salah satu penggalian karya sastra. Supaya tidak hanya dinikmati dalam versi satu versi, namun dalam banyak versi lainnya seperti film, drama musikal, cerpen, novel, puisi dll.

Selain penggalian karya sastra kedalam bentuk film atau layar lebar, penggalian karya  sastra bisa juga dengan menuliskan cerita-cerita rakyat dalam bentuk novel. Beberapa cerita rakyat dalam bentuk novel antara lain :
1.      Lalu Dia Lala Jinis karya Dinullah Rayes
2.      Roro mendut karya Y.B. Mangunjiwa
3.      Siti Nurbaya karya Marah Roesli
4.      Malin Kundang si Anak Durhaka diterbitkan oleh Mulya Jaya
5.      Dll

Musikalisasi puisi juga merupkan salah satu cara penggalian karya sastra agar diminati masyarakat Indonesia dan dunia. Musikalisasi adalah memadukan keindahan bunyi dengan keindahan kata-kata. Remaja menyukai hal-hal baru, menyenangkan, dan tidak membosankan. Meskipun musikalisasi puisi terbilang sudah ada sejak dulu, namun dalam prakteknya masih banyak yang belum paham bagaimana cara membacakan puisi dengan metode musikalisasi. Pada tanggal 5 September 2017 lalu, diadakan festival Musikalisasi Puisi tingat SMA se-provinsi Gorontalo. Guru dan juri disana menyatakan kebanggannya terhadap minat anak remaja terhadap musikalisasi puisi ini yang terbilang antusias.
                                      ( sumber foto : KOMPAS.COM/ROSYID AZHAR )
Jadi Penggalian Karya Sastra agar dinikmati masyarakat Indonesia dan dunia, dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti yang sudah dipaparkan di atas. Banyak cara untuk semakin mencintai Karya Sastra Indonesia. Melalui hobi yang sering kita lakukan juga dapat menumbuhkan kecintaan kita pada karya sastra Indonesia. Tidak hanya itu saja, melalui karya sastra Indonesia, kita dapat memperkenalkan budaya bangsa dan bahasa Indonesia semakin diminati oleh seluruh masyarakat Indonesia dan dunia.





“Kalau sebuah bahasa dengan kesusasteraannya tidak didukung oleh tradisi membaca masyarakatnya, maka kematiannya akan segera menyusul” 
― Ajip RosidiMencari Sosok Manusia Sunda: Sekumpulan Gagasan dan Pikiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar